Saya dengan Dofior (perantau) |
Dofior (11-12-1983) asli kelahiran Bukitinggi merupakan salah seorang perantau yang dengan penuh keyakinan untuk mencari penghidupan yang lebih baik, dan bukan hanya itu alasan yang mendasari dia untuk menjadi perantau, masih banyak lagi alasan dia untuk mengambil keputusan ini untuk meninggalkan kampung kelahirannya. Berikut wawancara saya untuk mengetahui sisi kehidupan dari seorang perantau:
1.
Dari kota atau daerah anda berasal?
Jawab : Bukittinggi , Sumatera Barat
2. Sejak kapan anda meninggalkan kampung halaman (merantau)? Dan mengapa anda meninggalkan kampung halaman?
Jawab : Sejak usia 17 tahun, tepatnya kelas II SMA pada tahun 2001 saya meningglkan kampung halaman dan merantau ke kota Pekanbaru (Riau). Alasan saya meningglkan kampung halaman, untuk merubah pola pikir yang selama ini tergantung kepada orang tua, lebih tepatnya belajar untuk hidup lebih mandiri, rasa penuh tanggung jawab dan lebih disiplin.
3. Selain alasan yang anda tadi kemukakan, adakah alasan yang paling mendasar untuk meninggalkan kampung halaman anda?
Jawab : alasan yang lebih mendasar adalah ingin mencari tantangan hidup di negeri orang lain dan mengadu nasib.
4. Di kota manakah pertama kali anda menginjakan kaki setelah anda meninggalkan kampung halaman (merantau) dan apa kegiatan pertama di tempat itu?
a. Jika sekolah, sekolah dimana dan ceritakan kejadian yang paling berkesan.
b. Jika bekerja, anda bekerja dimana dan mengapa anda memilih pekerjaan tersebut.
Jawab : Pertama kali saya merantau ke kota Pekanbaru (Riau), aktifitas utama yang saya geluti adalah sebagai pelajar, walapun ada beberapa pekerjaan sampingan yang saya kerjakan.di kota pekanbaru saya sekolah di SMUN 5, banyak sekali kejadian yang paling berkesan sewaktu di SMU, hanya saja ada beberapa kejadian yang mana sampai saat ini masih saya terapkan, yaitu dalam hal kedisiplinan,muali dari pakaian, sepatu harus warna hitam dan setiap hari ada penilaian kerapian.
Disamping kewajiban saya sebagai pelajar, saya juga bekerja di bidang wiraswasta, wiraswasta yang saya geluti mulai dari pemasok dan pendistribusian buku pelajaran makanan ke toko buku dan swalayan yang ada di kota Pekanbaru. Selain itu saya juga mengguluti dunia pekerjaan umum, mulai dari pendirian rumah, sekolah atau sekalipun jalan raya. Disini saya baru mengenal dengan namanya CV, karena untuk setiap pekerjaan umum di tuntut untuk memiliki sebuah CV atau PT. alasan saya memilih pekerjaan tersebut dikarenkan kemauan dari diri sendiri dan juga ada kesempatan. setelah saya lulus dari SMU saya melanjutkan merantau di kota Depok pada tahun 2002 awal, disamping melanjutkan studi sebagai mahasiswa, saya tetap mengisi hari – hari untuk berwiraswasta, disamping tuntutan hidup, pekerjaan tersebut saya anggap sebagai kegiatan rutin saya sehari hari, walaupun belajar adalah kewajiban utama saya sebagai mahasiswa di salah satu universitas.
Kurang lebih saya menyelesaikan kuliah selama 3,5 tahun dengan jurusan Akuntansi dengan tingkat Strata satu, setelah itu saya masuk ke dunia kerja perbankan (Bank BNI) selama 3,8 Tahun dan Perusahaan Engineering Indonesia selama 1 tahun. Selama itu juga saya menetap di kota Jakarta. Disini banyak sekali pengalaman atau ilmu kerja yang saya dapatkan. Pada bulan April 2011 saya pindah dan merantau ke kota Bogor (tanah pasundan), mungkin untuk kesekian kalinya saya merantau di negeri orang, disini banyak sekali perbedaan yang saya dapatkan, mulai dari kultur kehidupan, tata bahasa dan lain – lain. Dikarenakan saya berdomesili di kota Bogor, sayapun pindah kerja ke bidang percetakan Telkom Indonesia.
5. Setelah sekian lama anda berada daerah rantau (daerah sunda) adakah perbedaan kebudayaan, kebiasaan dan bermasyarakat antara kampung halaman dengan daerah yang sekarang anda pilih sekarang?
Jawab : Banyak sekali perbedaan yang saya alami, mulai dari kultur bahasa, sosialisi antar masyarakat, perekonomian, agama dan lainya
6. Apakah sekarang anda telah mendapatkan pendamping hidup? Siapa dan dari daerah mana yang anda jadikan pendamping hidup anda?
Jawab : Saat ini saya sudah berstatus nikah dan punya istri Risna Rismayanti asli orang sunda (Sukabumi) perkenalan kami di mulai dari masa perkuliahan.
7. Saat anda melangsungkan pernikahan, pastilah anda dan pendamping hidup anda menggelar acara pernikahan, dan di Indonesia sangat syarat dan kental dengan kebudayaan dalam melaksanakan sebuah acara, terlebih itu adalah upacara pernikahan. Upacara adat manakah yang anda pakai untuk melangsungkan upacara pernikahan?
a. Jika adat daerah asal anda (padang) adakah kesulitan dalam mengsungkan upacara adat di daerah yang bukan tempat asal daerah tersebut b. Jika adat pendamping anda (sunda) apakah anda kesulitan ataupun bingung karena adat yang baru anda kenal. Jelaskan!
Jawab : Resepsi pernikahan yang saya pakai adat sunda, memang ada kesulitan jika resepsi di daerah saya, disamping hemat waktu juga bisa menghemat biaya. Tetapi semuanya itu bukan alasan yang utama. Dikarenakan istri saya anak satu satunya perempuan dikeluarganya, di adat saya seorang laki laki tidak harus memakai adat minang kabau. Jadi boleh mengikuti adat dari pihak perempuan. Memang ada beberapa bagian yang membuat perbedaan dalam resepsisi pernikahan dari adat minang, mulai dari acara pinangan, sampai ke acara resepsi pernikahan. Disini ada beberapa bagian yang membuat beda baik dari pakaian adat, bahasa, tarian yang digunakan pada saat penyambutan penganten, karena dari semuanya itu merupakan hal yang baru dari kehidupan saya
8. Pertanyaan terakhir, saya pernah mendengar dengan adat daerah asal anda (Padang) sangat kental dengan adat daearah asal anda, khususnya pada saat anda meninggalkan daerah asal anda (merantau) dan bagaimana pendapat anda tentang legenda “Malin Kundang” yang dengan kata lain sama dengan anda sebagai perantau dan dari daerah yang sama?
Jawab : Kebetulan saya berasal dari kota Bukittinggi, jadi untuk masalah pemakaian adat tidaklah kental, walaupun kenyataannya ada beberapa daerah ditempat saya yang harus kental akan adatnya. Saya termasuk orang yang fleksibel, kemanapun pergi, saya harus biasa menyesuaikan diri, mulai dari sosialisasi, bahasa dan lainnya. Ada sebagian orang atau kebanyakan orang di luar sumatera barat berpikiran, kalau orang padang merantau di negeri orang, baru akan pulang kampung jika sudah berhasil. Memang istilah tersebut menurut saya bias diterapkan buat orang perantau, dengan tujuan memotivasi agar bisa lebih sukses di negeri rantau. Tetapi ada juga yang membuat kondisi yang membuat orang perantau tidak pulang, dikarenkan faktor waktu, keuangan dan lainnya. Karena yang namanya pulang kampung, memakan biaya cukup lumayan banyak, di banding orang yang hanya pulang kampung ke jawa, contohnya saja ke jawa dengan uang 100 ribu bisa pulang kampung, belum lagi untuk kembali ke daerah rantau, semuanya itu banyak perhitungan dan pertimbangan dari orang perantau.
Kalau umtuk Malin Kundang, namanya juga cerita rakyat, sebagian orang ada yang mempercayai dan sebagianya lagi hanya sebagai kiasan. Saya termasuk pada bagian kiasan, karena menurut saya Malin kundang meninggalkan daerah asalnya dikarenakan faktor ekonomi dengan tujuan dapat merubah perekonomian. Seiring waktu berjalan simalin jadi lupa diri, karena sudah sekian lama tidak pulang dan ketemu dengan keluarga. Harta, istri yang membuat si malin lupa diri akan asal usul dan berpaling dari orang tua dan keluarga. Sikap tersebutlah yang membuat hati orang tua teriris. Dari kekecewaan itulah seorang ibu melaknat anaknya sendiri jadi batu, batu itu sebagai simbol dari hasil kekecewaan hati orang tua pada anaknya. Kiasan tersebut sampai saat ini memang masih di pakai atau diterapkan oleh orang perantau, dengan tujuan agar tidak lupa akan asal usul.
OK..SETIAP KITA DI HADAPKAN DENGAN PERISTIWA APAPUN, PANDANGLAH SEMUA ITU DAN TANGGAPILAH DENGAN PENUH KEYAKINAN KARENA ITU SEMUA TUHAN SEDANG BERKEHENDAK..
BalasHapusFURUHITHO